Poligami saat Pacaran

Tuesday, July 29, 2008 | | | |

Pagi yg cerah, saya bangun tidur dengan sinar matahari yang terang menembus kaca jendela kamarku. Namaku Darius. Skrg saya berumur 21 tahun, gak kuliah, tapi magang di kota S. Sudah sejak bulan Mei, saya magang disini. Saya mempunyai seorg pacar di kota P, kota asalku, yang bernama Vinny. Tapi apa mau dikata, LDR tidak bisa dipercaya 100%, dan untuk ‘mengantisipasi’ worst case scenario, dan mungkin juga karena mata dan hati saya tidak tahan disini, hahaha, maka pada Juni yg lalu, disini saya berkenalan dengan seorang cewe bernama Dewi. Dia masih mahasiswi, umurnya 18 tahun, di suatu kampus di kota S ini.
Sejak berkenalan dan PDKT dengannya, saya serasa menemukan “harapan baru” di kota ini. Kenapa nggak? Mukanya yang manis khas oriental, tubuhnya yang sintal, bukitnya yang menantang serta tutur bahasanya yang halus dan ramah. Bahkan setiap pagi kalo gak dia, pasti saya yang morning call ke dia sebelum saya pergi kerja, atau sebelum dia pergi kuliah.


Lalu pada awal2 bulan Juli, kami pun jadian. Well, karena kerja di usaha niaga milik keluarga, mungkin saya bisa lebih santai dan longgar waktunya, jadi terkadang pagi2 sebelum kerja, saya sempatkan diri mengantarnya ke kampus nya.
Hubungan kami berjalan terus sampai sekarang, dan ketika sekitar September yg lalu, saya dan dia mulai berani melakukan petting dan make out. Bagian yang paling menggemaskan darinya tentunya adalah sepasang payudaranya yang tampak sangat menantang setiap lelaki yang melihatnya. Waktu terus berjalan, dan hubungan ini terasa makin panas. Hubungan LDR dengan Vinny pun bisa dibilang cuma sebatas telpon2an diwaktu saya sedang tidak bersama Dewi. However, saya merasa agak bersalah juga, karena denger dari teman2 di kota P, Vinny ini setia menungguku, dan gak melirik ke cowo lain, walaupun saya yakin pasti banyak cowo yang berusaha mendekatinya ketika saya sedang magang di kota lain. Tapi yang namanya kesempatan, apalagi emas, jangan ditolak donk. Hehe.
Sampai suatu saat, saya pun memberanikan diri mengajak Dewi untuk melakukan ML di hotel PH yang gak jauh dari tempat tinggalku di kota itu. Awalnya dia ragu-ragu, tapi setelah beberapa hari kemudian, dia sms saya dan menanyakan apakah saya benar mencintainya dan tidak hanya sebatas nafsu doank. Pada waktu itu juga, langsung saya telpon, gak sms, dan meyakinkan dia soal cintaku padanya. Dan esoknya, saya beranikan diri mengajaknya sekali lagi ML, kali ini dia mau.
Saya pun pergi menjemputnya sore itu dengan mobil Fortuner saya. Alasan kepada ibunya adalah hendak pergi berjalan-jalan sebentar dan refreshing. Dan memang karena SPH tidak jauh dari tempat tinggalku, maka sampai disana tidak lama kemudian. Kami memesan kamar, lalu disana, saya yang sudah kesetanan dan gak sabaran, mencoba tenangin diri, pesan makan dan minuman dulu untuk kami berdua. Setelah puas makan dan minum sedikit, kami pun berbaring di ranjang dan mulai basa basi sambil raba sana sini.
Dia mengakui bahwa dia dulu selalu diajak make out oleh pacarnya yang terdahulu, tapi tidak pernah sampai ML sampai ketika mereka putus dulu. Dan karena seringnya digerayangi oleh mantannya dulu, dia pun jadi agak ketagihan. Tapi dia meyakinkanku dia masih perawan.
Saya belai2 rambutnya dan meyakinkannya bahwa perawan gak perawan di jaman skrg, gak masalah, kalo dapet yang perawan ya bagus, kalo kaga ya udahlah, tapi saya percaya dia perawan koq. Saya mulai mengecup keningnya, dan memeluknya lebih erat.
Kecupan di keningnya berlanjut dengan french kiss dengannya. Lidahnya dapat membalas dan mengimbangi dengan panas.
“Mmmmmhhh….” desah Dewi.
“Enak, say?” tanyaku. Dia hanya tersenyum manis dan mengangguk pelan.
Saya pun melanjutkan dengan kecupan2 di lehernya dan pipinya. Dewi tampak keenakan.
Saya lalu menghentikan aksi kecupan tersebut, lalu saya menurunkan tanganku ke pinggulnya, mulai menarik kaos nya ke atas, lalu kubelai2 dan kucium2 perutnya yang rata dan penuh wewangian parfum. Sambil mulut kembali menciumi pipinya dengan agresif, tangan saya juga mulai bergerilya kebalik kaosnya dan meraba2 dadanya yang masih terbungkus bra merah.
“Sssshhh…. Aghhhh…. Dar…. Shhhhh…” desah Dewi semakin kencang.
Puas bermain dibalik kaosnya, sekarang saya melepaskan kaosnya dan melemparkan ke lantai, saya hendak melepaskan kemeja ku sendiri juga, tapi tangannya menahan tanganku, saya bingung jadinya. Eh, ternyata dia yang berinisiatif hendak melepaskan kemejaku. Kami duduk saling berhadapan di ranjang, dan dia melepaskan kancingku satu persatu perlahan-lahan, sambil tanganku membelai2 pinggul dan punggungnya.
Sama2 sudah tidak berbaju sekarang, dan melihat payudara nya yang ranum dan menantang, saya lalu mendekapnya dan hempasin ke ranjang dan menghirup kuat-kuat wangi tubuhnya, terutama payudaranya. Saya meremas2 payudara kirinya yang masih dibungkus bra, sementara hidungku tampaknya tak puas menghirup betapa harumnya tubuhnya.
Saya pun mengangkat tubuhnya sedikit, lalu kedua tanganku menuju ke punggungnya dan melepas kaitan BH nya, dan melempar BH nya ke lantai, dan sekali lagi hempasin dia ke ranjang dan menjilati payudaranya dengan rakusnya, sambil berguling2 dan terkadang dia yang diatasku. Saya mengulum dan menggigit gemas kepada puting dada kirinya.
“Ahhhh… Ssshhhh…. Mmmhhhh…. Dar, enak….. Ssshhhhh… Enak, yank…” racau Dewi.
Sambil mulutnya dengan rakusnya mengulum payudara kirinya, tangan kananku meremas2 dengan gemasnya terhadap payudara kanannya, sementara penisku yang masih terbungkus dibalik celana sudah mengeras sejak tadi dan kugesekkan sesekali ke selangkangan Dewi, dimana dia juga masih mengenakan celana jeans.
Mulutku kembali bergerilya keatas dan french kiss dengannya, sementara tanganku menuruni pinggulnya, membuka restleting celana nya, dan menurunkan perlahan-lahan, hingga tampaknya CD merahnya yang tipis dan menantang dengan bulu2 nya yang mencuat keluar dari sisi CD nya.
Mulutku terus dengan agresif nya menciuminya, tanganku sekarang beralih dan membuka celanaku dan kupelorotin pelan-pelan, hingga tampaknya kontolku yang sudah keras banged dibalik CD. Makin kugesekkan kontolku ke memeknya.
Sementara kedua tanganku gemas meremas2 payudara dan pantatnya, dia berbisik kepadaku, “Say… Nanti… Kamu.. Boleh dhe nyembur didalem…”
Saya agak kaget, tapi gak hentiin permainan, membalas, “Kalo nanti hamil..”
Belum selesaikan kalimatku, dia sudah memotong, “Tenang, saya lagi gak subur koq… Lagian saya… sgt mencintaimu, Dar…”
Saya menatapnya sebentar dengan senyum penuh kemenangan. However, saya mencoba mainin memeknya dengan lidahku, tapi dia menolak dan menjepitkan kedua pahanya menutup selangkangan, dan dengan keras menolak hal yang katanya menjijikkan itu. Saya mikir, kalo gini aja nolak, berarti gak bisa suruh dia BJ donk.. Yah, gpp dhe, nikmatin aja apa adanya… Hehehe.
Setelah hampir setengah jam bermain2, dia pun memintaku agar cepat menuju ke … main event nya. Karena dia takut kelamaan dan dicurigain nyokapnya, apalagi dia masih ada kerjaan. Saya pun tak keberatan, saya membuka CD ku dulu dan mencuatlah kontolku yang sudah sangat keras sedari tadi.
“Wah.. Dar…. A… Apa ga sakit nanti.. Kalo……” Dewi kaget.
Saya cuma senyum dan blg, “Sakit sih iya, tp nikmatnya juga….. hehehe”
Saya lalu pelorotin CD nya Dewi, dan tampaklah hutan lebat yang begitu subur didepan mataku sekarang. Saya hendak memulai dengan jariku dulu, tapi dia nolak. Lagi2 alasannya karena jijik aja. Yah, susah kalo masih perawan juga…
Saya lalu nempelin kepala kontolku di bibir memeknya, kugosok2 kontolku beberapa waktu di bibir memeknya, lalu sambil menggeseknya, saya pelan-pelan mencoba mendorong masuk ke dalam Miss V nya.
“Akkkhhh….”
Detik demi detik berlalu, dan saya dengan sangat pelan dan berhati-hati memasukkan kontolku ke memeknya. Setelah seluruh kepalanya terbenam kedalam, dan Dewi meracau tak henti2nya karena perih, saya tidak menghiraukannya yang tampak agak menyesal melakukan ini, lalu saya mendorong masuk, keluar, masuk, keluar. Mula-mula iramanya pelan saja, dan makin kupercepat setiap kali saya mendorong masuk.
Dewi merintih kesakitan banged, bahkan sampai menangis, dan kedua tangannya mencengkeram kasur dengan keras. Saya makin percepat tempo permainan, sampai tiba2 ngerasa ada yang lembab didalamnya, dan kuliat, ada darah perawan mengucur keluar dan menempel di kontolku. Saya sangat senang ketahui hal itu, ternyata dia benar2 masih perawan.
Sambil percepat tempo, saya kembali dekatin mukanya dan ciumi dia sepuasnya. Kedua tangannya memeluk punggungnya dengan erat dan mendorong tubuhnya menindih habis tubuhnya. Kedua putingnya yang keras pun menambah sensasi tersendiri ketika menyentuh tubuhku yang sedang menggenjot tubuhnya.
Sudah hampir 20 menit kami melakukannya, sampai suatu saat saya merasa seperti kesetrum gitu dan ngerasa sudah saatnya bakal keluar nih. Saya makin percepat, dan Dewi merintih dan menangis sejadi-jadinya.
“Dar…!! Daaaaaar….!! Sa… Sakit!!! Aakkkhhh……….!!” teriak Dewi.
Heheh, elu yang meminta, saya yang memberikan. Supply and demand, gitu lho, say.
Akhirnya…. crot crot crot crot crot… Sperma ku menyembur dengan deras didalam memeknya. Spermaku bercampur dengan cairan memeknya serta darah perawannya. Saya langsung lemas dan memeluknya erat-erat. Kami berciuman sepuasnya, sambil sesekali, penisku yang masih tertanam di dalam V nya, kugenjot-genjot, seperti masih belum puas dengan kemolekan tubuh Dewi yang memang sangat menggairahkan di mata setiap pria.
Sehabis itu, kami berdua pun mandi bersama di WC kamar hotel. Saya membantu menyabuni nya, begitu juga dia denganku. Tapi saling nyabun gak lama, lagi-lagi saya memeluknya, menciumi leher dan pipinya dengan rakusnya, tangan kiriku meremas2 buah dadanya, sementara tangan kananku meraba2 memeknya dengan gemas. Saya lalu duduk di closet, dan menyuruhnya duduk di pangkuanku.
Saya lalu melumat payudaranya yang basah dengan rakusnya, sementara tanganku meremas pantatnya dan mendorong2 tubuhnya, karena sekali lagi, saya melakukannya lagi dengannya.
Kugenjot tubuh Dewi maju mundur, sampai akhirnya dia bisa menggenjot dirinya mengikuti irama, jadi tanganku bebas berkeliaran di tubuhnya. Kucupang payudara nya berkali2 seolah tidak puas menikmati keindahan payudaranya yang berukuran 36B.
Dan lagi2 saya mencapai klimaks dan nyembur didalamnya, tapi kali ini kerasa lebih sedikit ketimbang yang tadi di ranjang.
Sepuas itu, kami tak langsung menyudahi permainan, saya dan dia berpelukan cukup lama di dudukan closet.
Setelah itu, kami membersihkan badan dengan handuk dan mulai berpakaian. Saya masih sempetin diri menciumnya bertubi2 lagi, sebelum akhirnya keluar dari hotel, menuju parkiran, dan mengantarnya kembali ke rumahnya.
Dan ini sampai saat ini saya masih sering melakukan nya dengan Dewi tanpa sepengetahuan Vinny.

Tamat